10 Mitos Yang Membuat Orang Enggan Beralih ke Mobil Listrik

10/12/2019 | Fatchur Sag

Era elektrifikasi kendaraan bermotor makin gencar dalam satu dekade terakhir. Beragam model diluncurkan demi memberi banyak pilihan kepada para pelanggan. Mobil berbahan bakar minyak pun sedikit demi sedikit berkurang kepopulerannya dan mulai ditinggalkan.

Di Inggris misalnya, pemerintah menargetkan pada tahun 2040 peredaran mobil diesel maupun bensin bisa berhenti total. Kampanye sudah dimulai dan dan hasil juga sudah muncul dengan bukti meningkatnya penjualan mobil listrik murni sebesar 151 persen pada bulan Oktober 2019 lalu.

Foto menunjukkan Hyundai Kona Electric warna merah

Hyundai Kona Electric, unggulan baru Hyundai di segmen mobil listrik

Sepertinya kesadaran masyarakat untuk menggunakan mobil ramah lingkungan mulai mengingkat, meski sebenarnya belum semua orang tertarik. Ada beberapa kekhawatiran di benak mereka untuk menggunakan mobil listrik, misalnya saat cuaca buruk seperti badai petir dan yang lain. Dari beragam survei yang dilakukan berbagai lembaga, kekhawatiran berkendara mobil listrik baik mengemudi maupun jadi penumpang adalah yang terbesar diantara kekhawatiran yang lain.

Survei juga dilakukan Hyundai bersama OnePoll untuk mengetahui seberapa besar minat warga Inggris terhadap mobil listrik. Dari 2.000 pengemudi yang disurvei, 56 persen mengatakan pemerintah melakukan hal yang benar dengan mendorong pengendara untuk beralih ke mobil listrik pada tahun 2040. Sedang sisanya mengatakan tidak tahu, tidak tertarik, atau merasa khawatir oleh beragam mitos yang menghantui jika harus beralih ke mobil listrik.

>>> Investasi Rp 21,5 Triliun, Hyundai Segera Bangun Pabrik 77,6 Hektar di Indonesia

Foto menunjukkan Hyundai IONIQ tampak dari samping depan

Hyundai Ioniq, laris manis di banyak negara

Hyundai merangkum 10 kekhawatiran dan mitos yang membuat orang enggan beralih ke mobil listrik.

1. Mobil tidak bisa menempuh jarak jauh

Meski sudah diterangkan dalam sebuah review maupun spesifikasi produk, tetap ada rasa kekhawatiran tenaga listrik tiba-tiba habis saat perjalanan belum mencapai jarak jauh. Untuk poin pertama ini seharusnya orang bisa memperkirakan seberapa jauh baterai bisa digunakan dalam kondisi penuh. Dan rata-rata mobil listrik sekarang punya jangkauan antara 300 km hingga 500 km dala sekali pengisian penuh.

2. Tidak bisa menemukan tempat ngecas

Perasaan ini wajar mengingat hidup mati mobil listrik bergantung pada baterai. Saat habis baterai butuh dicas untuk mendapatkan energinya kembali. Seharusnya perasaan ini juga bisa ditepis mengingat terdapat lebih dari 14.500 titik pengisian umum yang terletak di lebih dari 9.000 lokasi di Inggris.

Lain di Inggris lain di Indonesia dimana alasan kedua ini bisa diterima. Alasannya di Indonesia Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) belum sebanyak SPBU yang menjual bahan bakar konvensional.

>>> Listrik Rumah Hanya Segini, Kurang Banget Buat Ngecas Mobil Listrik

Foto menunjukkan sederet Charging Port Mobil Listrik

Di Indonesia belum banyak infrastruktur pengisian baterai listrik

3. Harga mahal

Perasaan ini menghantui karena mereka memandang mobil listrik dari harga jualnya saja. Dikatakan mahal bisa jadi benar, tapi tak sepenuhnya benar. Beberapa model mobil listrik malah ada yang dijual di bawah harga mobil berbahan bakar konvensional. Belum nanti kalau sudah terbeli, pemilik tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli BBM, beragam perawatan seperti ganti oli dan cairan-cairan yang lain.

4. Lamban berakselerasi dan kurang responsive

Tidak benar juga dugaan ini. Dengan tenaga dari baterai mobil bisa berakselerasi dengan cepat, tidak kalah dari mesin bensin atau diesel.

>>> Ingin membeli mobil bekas unik? Dapatkan berbagai daftarnya hanya di sini

5. Tidak aman saat kena air

Alasan bahwa air adalah media penghantar arus listrik itu benar. Tapi kalau mobil listrik kemudian dianggap berbahaya saat kena air, baik saat hujan maupun mencuci, itu yang salah. Mobil listrik diluncurkan setelah lolos berbagai tahap uji ekstrim terutama yang bersangkutan dengan keselamatan dan keamanan. Jadi, meski bertenaga listrik mobil tetap aman dipakai di saat hujan dan bisa dicuci sebagaimana mobil-mobil konvensional.

6. Tidak banyak pilihan di pasaran

Ini perasaan yang salah. Perlu diketahui bahwa ada banyak sekali jenis mobil listrik seperti hibrida, hidrogen, sel bahan bakar listrik, hingga baterai listrik (BEV). Modelnya pun beragam mulai dari sedan, city car, SUV hingga mobil komersil macam bus listrik dan yang lain.

>>> Ikuti Tren, Mercedes Benz G-Class Bakal Jadi Mobil Listrik

Foto menunjukkan Tesla Model 3 tampak dari depan

Ada banyak pilihan mobil listrik dari berbagai merek

7. Jadi penyumbang sampah baterai

Ada juga yang mengkhawatirkan kondisi baterai mobil listrik saat sudah mencapai umur maksimalnya dan perlu diganti. Khawatir baterai mobilnya bakal jadi salah satu penyumbang sampah di negeri sendiri. Ini juga kurang tepat mengingat limbah baterai mobil listrik sudah dirancang sedemikian rupa untuk bisa digunakan kembali pada kebutuhan yang lain.

8. Meragukan sisi keselamatan dan keamanan

Seperti disebut di poin 5 mobil listrik diluncurkan setelah lolos pengujian ketat dan memenuhi standar keselamatan yang sama yang diperlukan untuk mobil berbahan bakar bensin atau diesel.

9. Perawatan bakal menyusahkan

Ada yang mengkhawatirkan tentang layanan purna jual mobil listrik seperti perawatan dan suku cadang. Di negara dengan populasi mobil listrik masih minim alasan ini bisa jadi benar. Tapi di negara yang populasi mobil listrik sudah sangat banyak seperti di Inggris tidak perlu cemas soal perawatan. Diler dan bengkel resmi dipastikan melayani beragam keluhan yang dialami konsumen pada mobil listrik miliknya.

>>> Pemerintah Tegaskan Pabrik Hyundai Indonesia Bakal Bikin Mobil Listrik

Foto mobil listrik FIAT 504 sedang diservis

Perawatan mobil listrik tak serumit mobil konvensional

10. Sama dengan mobil BBM

Sebagian kecil masih ada yang merasa kalau menggunakan mobil listrik sama dengan menggunakan mobil BBM, masih disopiri dan dikendalikan secara manual. So pasti benar anggapan tersebut. Kalau memandangnya dari sisi pengendara mobil listrik juga perlu dioperasikan oleh manusia, bukan robot atau komputer. Tapi kalau memandangnya dari sisi produk, orang pasti menemukan banyak sekali perbedaan, khususnya dari sisi pengoprasian dan rasa berkendara. Misal dengan mengemudi mobil listrik begitu menekan pedal gas, transisi dari stasioner ke kecepatan hampir seketika dan tanpa ngelag. Jadi, mobil listrik tetap jauh lebih unggul dari mobil BBM

Kekhawatiran dan mitos di atas adalah hasil survei Hyundai untuk warga Inggris. Bagaimana di Indonesia, apa ada yang sesuai dari 10 hal di atas?

>>> Berita terlengkap dari dunia otomotif hanya ada di Cintamobil.com

Berita sama topik