Piggyback vs ECU Stand Alone, Mending Mana?

25/01/2019 | Arfian Alamsyah

Tampak ECU standar mobil

ECU standar masih bisa dioptimalkan dengan adanya piggyback

Pertama yang harus dipahami adalah beda antara ECU Stand Alone dengan Piggyback. Kita mulai dari piggyback terlebih dahulu, fungsi utama dari piggyback adalah sebagai alat penipu atau manipulasi data. Jadi intinya piggyback merupakan alat tambahan yang tetap memerlukan ECU standar sebagai pengatur mobil. Secara alat kerja Piggyback dibedakan menjadi dua, yaitu piggyback yang menipu info dari sensor yang masuk ke ECU, fungsinya ini seperti open looper. Yang kedua adalah cara kerjanya menipu perintah ECU yang menuju injektor. Cara pertama yang dilakukan oleh Piggyback Open Looper, tentunya akan membuat semprotan bensin di injektor bertambah secara merata di seluruh rentang putaran mesin. Jadi, jika mapping dari ECU standar dibuat miskin atau lean di rpm rendah, lalu diatur middle (cukup) di rpm tengah dan lean kembali pada rpm atas dari pabrikannya, maka secara otomatis semuanya akan berubah menjadi middle di rpm bawah dan atas, tapi tetap rich atau kaya pada rpm tengah saat menggunakan Open Looper.

>>> Apa itu ECU? Ini fungsi utamanya

Tampak Piggyback PowerLab

Piggyback juga ada dua jenis cara kerja, sebagai open looper dan penipu perintah injektor

Sedangkan untuk cara kedua yakni piggyback menipu perintah menuju injektor akan dapat dilakukan lebih detail lagi. Kekurangan detail pada piggyback yang bekerja open looper, dapat diperbaiki pada Fuel Controler, hal ini dapat dilakukan lantaran piggyback dengan cara kerja ini mampu mengubah jumlah semprotan bensin di injektor yang terbagi menjadi tiga area, yakni putaran mesin rendah, putaran mesin menengah dan putaran mesin atas. Artinya, setup akan kebutuhan bensin di ruang bakar jadi bisa lebih sesuai. Namun demikian, untuk pemasangan Fuel Controler pada mesin mobil injeksi modern, wajib dipadukan dengan open looper. Karena komputer modern telah menganut sistem closed loop, jadi gas buang tetap dapat dikontrol sehingga saat terdapat AFR (Air Fuel Ratio) menjadi kaya atawa rich, ECU akan secara otomais mengurangi suplai bensin secara otomatis.

>>> Temukan ulasan mobil baru terbaik dan mendalam disini

Tampak ECU Stand Alone Haltech

ECU Stand Alone dalam pengaturannya harus melibatkan teknisi yang handal

Lalu bagaimana dengan ECU Stand Alone? Penggunaan ECU stand alone pasti membuat ECU standar mobil dilepas dan diganti dengan ECU stand alone yang lebih memiliki beragam pengaturan. Apa saja yang dapat diatur oleh ECU stand alone ini? Banyak sekali, tak hanya mengatur debit bahan bakar, waktu pengapian pun dapat diubah. Bahkan limiter, fuel acccelation, injector timing, rpm stasioner, hingga pemundur waktu pengapian saat mesin overheat dan lainnya. Banyak sekali bukan? Namun, itu semua ini jelas memerlukan keahlian sang mekanik dalam men-setting ECU. Salah setting, mesin mobil malah akan enggak terasa enak. Inilah sisi negatif dari ECU stand alone bagi orang awam. Semakin detail pengaturan, otomatis diperlukan tingkat pemahaman ECU yang lebih dalam. So, mending mana? Semua kembali lagi kepada Anda.

>>> Klik di sini untuk mengupdate tips dan trik otomotif terbaru lainnya!

Berita sama topik