Jalan Tol Masif Dibangun, Masalah Lebih Kompleks Menanti
25/06/2019 | Fatchur Sag
Pembangunan jalan tol terus digencarkan pemerintah
Pembangunan jalan tol yang gencar dilakukan pemerintah mendapat beragam tanggapan dari berbagai kalangan. Banyak yang mengapresiasi, tapi tidak sedikit juga yang mengkritik dan mencemaskan. Salah satunya datang dari pakar rekayasa transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono Wibowo. Diakui oleh Sony pembangunan jalan tol jadi solusi termudah saat ini dalam memperlancar lalu lintas, namun ada masalah lebih kompleks yang menanti dan tidak boleh diabaikan.
“Tol adalah solusi mudah saat ini untuk masalah masa depan yang lebih kompleks,” tutur Sony, seperti dikutip dari AntaraNews, (22/6/2019).
Dalam pandangan Sony, jalan tol unggul dalam kecepatan masa pengerjaan kontruksi dari perencanaan hingga siap jadi dan siap dioperasikan, serta biaya pengerjaannya lebih murah ketimbang pengadaan infrastruktur MRT dan LRT. Meski demikian, ada beberapa masalah yang menanti dan tidak boleh diabaikan dengan adanya pembangunan jalan tol di mana-mana.
Pertama; bakal meningkatkan penggunaan dan kepemilikan mobil pribadi
Karena merasa jalanan makin lancar, orang tak lagi ragu untuk memiliki mobil pribadi. Secara otomatis kalau itu terjadi maka volume kendaraan di jalan non tol juga meningkat dan kebutuhan lahan parkir juga lebih besar. ”Artinya, adanya tol memberi masalah bawaan yang memang tidak terasa di jalan tolnya, tetapi di luar sistem jalan tol,” kata Sony.
>>> Membentang Lebih Dari 1.000 Km, Ini Fakta Menarik Jalan Tol Trans Jawa
Bakal terjadi peningkatan kepemilikan mobil pribadi karena merasa jalan makin lancar
Kedua; jalanan lebih macet
Meningkatnya kepemilikan kendaraan karena merasa jalanan makin lancar dengan adanya jalan tol memberi dampak peningkatan trafik di jalan non tol yang menyebabkan kemacetan. Tak salah jika ada ungkapan selebar apapun jalan dibangun kalau volume kendaraan tidak ditekan lambat laun pasti macet.
Ketiga; pembatasan kendaraan lebih sulit dilakukan
Dari dulu teorinya mengatasi kemacetan selalu mudah, yaitu dengan melakukan pembatasan kendaraan baik secara kepemilikan maupun penggunaan. Pada prakteknya teori tersebut sulit dilakukan dan jadi sebuah dilema.
“Ironi memang ini. Di saat Kementerian PUPR setengah mati buat jalan, Kemenhub susah payah atur lalu lintas, sementara Kemendag dan Kemenperin berusaha agar penjualan mobil dan motor terus meningkat. Dulu ada mobil murah, sekarang mobil motor dengan DP nol persen,” papar Sony.
Karena itu Soni berpendapat agar hal tersebut di atas tidak terjadi di masa mendatang perlu adanya perbaikan dalam hal sarana dan prasarana angkutan massal sehingga masyarakat bisa menjadikannya sebagai pilihan utama alat transportasi mereka dan tidak terdorong untuk memiliki atau menggunakan kendaraan pribadi. “Angkutan umum massal adalah solusi sulit saat ini untuk masa depan yang lebih baik,” katanya.
>>> Benarkah Mobil Sarana Transportasi Paling Berbahaya?
Masih terlalu sulit menjadikan angkutan umum pilihan utama masyarakat
>>> Klik di sini untuk mengupdate tips dan trik otomotif terbaru lainnya!
Berita sama topik
-
10/01/2022 | Abdul
Ingin Menyalip Kendaraan, Perhatikan Etika Dan Aturannya
Di jalanan saling menyalip menjadi salah satu hal yang lumrah, apalagi saat seseorang terburu-buru maka akan melaju lebih cepat agar sampai tujuan. Namun menyalip kendaraan juga ada aturan dan etikanya jadi tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa menimbulkan bahaya.
-
13/09/2021 | Abdul
Mengetahui Jarak Antar Rest Area Jalan Tol Sebagai Tambahan Informasi
Pembangunan rest area di jalan tol terdapat aturannya. Jadi dalam pemilihan lokasi untuk pembangunan tidak sembarangan. Jarak antar rest area jalan tol diatur dalam PUPR Nomor 10 Tahun 2008. Dengan mengetahui jaraknya maka saat perjalanan dengan mobil bisa memperhitungkan akan istirahat di rest area yang pas.
-
03/05/2021 | Fatchur Sag
Pantas Dilarang, Ini Risiko Besar Putar Balik di Jalan Tol
Ada aturan yang harus dipahami dan dipatuhi pengendara, bahwa putar balik di jalan tol sangat dilarang mempertimbangkan risiko buruk yang mengancam di depan.