GAIKINDO: Meski Ada Yang Keluar, Pasar Otomotif Indonesia Masih Potensial
18/11/2019 | Fatchur Sag
Sengitnya persaingan industri mobil dalam negeri tak terelakkan dengan makin banyaknya merek dan model beredar di pasaran. Hal sangat menguntungkan konsumen sebab mereka punya lebih banyak pilihan. Tapi di sisi lain risiko 'kegagalan' bagi produsen makin besar menghantui. Seperti Chevrolet dan Ford, dua merek Amerika ini gagal bertahan di Indonesia, lalu memilih menyerah dan keluar.
Di industri otomotif, nama besar tak selalu membawa keberuntungan
>>> Terus Merugi, General Motors Tutup Penjualan Chevrolet Di Indonesia
Menurut Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Jongkie Sugiarto. kondisi seperti ini bukan sesuatu yang heboh, melainkan hal biasa dalam sebuah persaingan. Dan pasar otomotif Indonesia tidak akan mati hanya ditinggal satu dua merek sebab penggantinya selalu datang. Ibarat pepatah Mati Satu Tumbuh Seribu.
"Meskipun ada yang keluar, ada juga investasi yang masuk, seperti Wuling dan Hyundai. Ini karena pasar otomotif Indonesia masih sangat potensial," tutur Jongkie seperti dikutip dari Republika, (16/11/2019).
Alasan lain pasar Indonesia masih terbuka adalah rasio kepemilikan mobil yang masih kecil dibanding negara lain. Dengan jumlah penduduk mencapai 260 juta, baru sekitar 87 unit per 1000 orang. Di Malaysia rasio kepemilikan mobil mencapai 439 unit per 1000 orang, sedangkan di Thailand rasionya 228 unit per 1000 orang.
>>> Ingin membeli mobil bekas? Dapatkan daftarnya di sini
Pebisnis otomotif datang dan pergi silih berganti
Faktor lain yang membuat pasar otomotif Indonesia masih terbuka yaitu pembangunan infrastruktur jalan yang masif hingga menjangkau daerah-daerah pinggiran dan pedalaman. Lalu pertumbuhan pariwisata yang berkembang serta bisnis logistik yang makin luas dengan banyaknya e-commerce atau online store.
"Potensi kita luar biasa, apalagi kalau pembangunan infrastruktur diperluas, pertumbuhan ekonomi meningkat, pariwisata berkembang, ini juga akan berpengaruh ke industri otomotif," ujarnya.
Komentar lain Pengamat Otomotif, Bebin Djuana. Menurutnya keputusan Ford dan Chevrolet berhenti berjualan di Indonesia memang tak banyak berdampak bagi perusahaan masing-masing. Keduanya masih memilih pasar yang cukup berlimpah di negara lain. Ford laris di Eropa, dan Chevrolet laris di negaranya sendiri, Amerika Serikat. Namun dari sisi yang lain keputusan keduanya bakal menurunkan imej dan kepercayaan di mata konsumen.
"Jangan karena penjualan turun malah minggat, ini bisa ngaruh ke pengguna Chevy yang sudah ada. Secara umum, konsumen akan melihat buruk ketika si merek meninggalkan konsumen begitu saja, suatu saat mau kembali akan susah. Ini masalah kepercayaan pada sebuah brand," tutur Bebin.
>>> 5 Terobosan Yang Bikin Chevrolet Jadi Merek Paling Terkenal Di Dunia
>>> Beragam berita informatif dunia otomotif hanya di Mobilmo