Dibawa Keluar Jakarta, Mobil Listrik Bikin Was-was

10/02/2020 | Fatchur Sag

Elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia dimulai pasca disahkannya Peraturan Presiden Nomor 55. Tahun 2019 Tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Selain para pabrikan mulai memperkenalkan dan meluncurkan model mobil listrik yang dimiliki, pemerintah juga bergerak memberikan dukungan.

Foto menunjukkan Charging Port mobil listrik

Pemerintah DKI Jakarta memberi keistimewaan terhadap mobil listrik murni

Pemerintah DKI Jakarta misalnya memberikan insentif istimewa berupa pembebasan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan membebaskan dari aturan ganjil genap. Infrastruktur pengisian daya juga terus ditambahkan untuk memudahkan pemilik melakukan isi ulang baterai.

Terkurung di tengah kota

Elektrifikasi seakan menjadi euforia, hanya saja masih dalam lingkup yang terbatas. Menurut pereli nasional, Rifat Sungkar elektrifikasi di Indonesia seperti terkurung di Jakarta. Infrastruktur isi ulang baru digencarkan di ibu kota. Sedangkan di kota lain masih sangat jauh dari kata memadai. Walhasil mengendarai mobil listrik belum membuat nyaman jika harus keluar kota. Yang ada justru rasa was-was.

"Dengan infrastruktur yang belum memadai di sini, mereka ngebolehin mobil listrik tapi ngandangin mobil listrik di tengah kota doang, nggak bisa ke mana-mana," tutur Rifat saat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, seperti dikutip dari Detik, (8/2/2020).

>>> 10 Mitos Yang Membuat Orang Enggan Beralih ke Mobil Listrik

Foto Mitsubishi MI-TECH Concept tampak dari samping

Mitsubishi memperkenalkan mobil listrik MI-TECH Concept di Tokyo Motor Show 2019

Head of PR & CSR Department PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), Aditya Wardani menyampaikan hal senada. Gencarnya penambahan fasilitas pengisian daya oleh PLN atau yang lain di Jabodetabek membuat daerah lain seperti ditinggal. Bahkan untuk kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Denpasar, Medan dan yang lain fasilitas pengisian masih sangat minim, bisa dihitung dengan jari.

"Kalau untuk pemakaian Jabodetabek mungkin udah bisa. Tapi kalau pemilik mobil listrik mau keluar DKI berarti nggak bisa dipakai mobilnya (karena infrastruktur pengisian baterai belum banyak)," tutur Adit. "Sementara itu kan PLN genjot (fasilitas pengisian baterai mobil listrik) paling banyak di Jabodetabek. Kalau mau langsung ke mobil listrik sepenuhnya gimana caranya," tambahnya.

>>> Dapatkan berbagai penawaran mobil bekas di sini

Mobil berteknologi Hybrid paling relevan

Dengan pertimbangan itu, mobil hybrid dan plug in hybrid (PHEV) saat ini adalah yang paling relevan. Pengendara tidak perlu khawatir jika tidak menemukan stasiun pengisian sebab baterai bisa terisi melalui sistem kinerja mesin BBM.

Foto Mitsubishi Outlander PHEV tampak dari samping depan

Mitsubishi Outlander PHEV, harga di atas Rp 1 miliar

Rifat mencontohkan Mitsubishi Outlander PHEV, pengendara tidak perlu cemas bakal kehabisan baterai di tengah perjalanan. Hal ini karena pengisian bisa dilakukan di tengah perjalanan menggunakan mesin bensin. Murni, powertrain mobil ini seluruhnya menggunakan baterai. Adapun mesin bensin hanya berfungsi sebagai generator untuk mengisi ulang baterai.

"Mungkin kalau PHEV ini dianggap hybrid mungkin mereka salah persepsi," ujar Rifat. "Kalo hybrid biasa itu digerakkin pakai girboks, dibantu geraknya dengan listrik untuk kecepatan tertentu. Tapi mesinnya yang jalan. Sementara PHEV, mesinnya tidak ada hubungannya dengan ban. Jadi dia selalu mengisi baterainya. Baterainya selalu memutar bannya," jelasnya singkat.

>>> Soal Perawatan Mobil Outlander PHEV, Konsumen Tidak Perlu Khawatir

>>> Beragam berita informatif dunia otomotif hanya di Mobilmo