BMW: Kami Tetap Menjual Mobil Bensin Hingga 30 Tahun Kedepan

15/01/2020 | Fatchur Sag

Tren industri otomotif mengarah ke kendaraan ramah lingkungan yang bebas emisi dan bebas polusi. Pabrikan pun berlomba menciptakan beragam model mobil listrik baik yang hybrid, plug-In Hybrid, hingga mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicles (BEV). Beberapa model sudah diluncurkan di pasaran dan berhasil meraih simpati tinggi, namun lebih banyak lagi yang sedang dikembangkan.

Foto menunjukkan BMW i3 tampak dari samping depan

Ratusan ribu unit BMW i3 terjual sejak diluncurkan pertama kali

Salah satu yang cukup sukses menjual banyak mobil listrik yaitu BMW. Sejak melahirkan mobil listrik murni i3 tahun 2013, ratusan ribu unit sudah terjual. Pabrikan lain pun demikian, seperti Tesla yang sukses besar dengan Model 3, Nissan dengan LEAF, atau VW dengan e-Golf.

Mengancam pasar mobil konvensional

Banyak dikhawatirkan dengan masifnya pengembangan mobil listrik oleh banyak pabrikan serta pengetatan emisi di sejumlah negara membuat masa depan mobil bensin dan diesel makin terancam. Sebagian lagi khawatir mobil pengkonsumsi bahan bakar fosil bakal dianaktirikan dalam mendapatkan berbagai layanan.

Foto menunjukkan Mesin mobi BMW

BMW tetap mempertahankan mobil bermesin konvensional

Menurut Kepala Riset dan Pengembangan BMW Klaus Froechliceh, kecemasan itu wajar. Namun perlu diketahui perubahan menuju era kendaraan listrik tidak akan terjadi dalam waktu sekejap. Butuh waktu panjang hingga berpuluh-puluh tahun sampai produksi mobil konvensional benar-benar dihentikan oleh pabrikannya.

"Untuk mesin turbodiesel empat dan enam silinder akan bertahan 20 tahun lagi, sedangkan mesin bensin tetap dijual 30 tahun lagi," tutur Froehlich seperti ditulis Autonews, (5/1/2020).

>>> Review BMW i3 REx 2017

Rintangan besar

Alasan lain para petrol head tidak perlu khawatir kehilangan sensasi berkendara mobil bensin atau mobil konvensional yaitu kesiapan yang berbeda tiap negara. Ada yang benar-benar siap, baik dari sisi regulasi, infrastruktur, hingga produksi. Misalnya China, Amerika, Norwegia, dan beberapa negara lain di Eropa. Namun lebih banyak yang masih tahap 'persiapan' seperti kebanyakan negara di Asia Tenggara, negara-negara Afrika, Rusia dan Timur Tengah.

"Kami harus memperbarui mesin kami setiap tahun, terutama untuk China. Biaya yang dikeluarkan cukup besar, maka dari itu pilihan mesin konvensional di sana terbatas," kata Froehlich. "Rusia, Timur Tengah, dan Afrika adalah daerah di mana tidak ada infrastruktur pengisian ulang saat ini," lanjutnya.

Gambar Stasiun Pengisian Listrik Umum milik PLN

Ketersediaan infrastruktur jadi kendala berkembangnya mobil listrik di berbagai negara

Rintangan lain yang cukup menghambat penyebaran mobil listrik yaitu harganya yang mahal. Dibanding dengan mobil kovensional harga mobil listrik lebih mahal berlipat-lipat. Hal ini karena harga bahan baku baterai yang mahal dan itu diprediksi tidak akan berubah. Yang ada malah cenderung naik, makin banyaknya kebutuhan baterai makin memperbesar naiknya harga bahan baku.

Lagi-lagi alternatif jatuh lagi pada mobil konvensional, mobil bensin dan diesel turbo untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat, sambil menunggu saat yang tepat untuk beralih ke era kendaraan listrik secara penuh.

>>> Serentak, PLN Resmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum Di Empat Kota

>>> Beragam berita informasi dunia otomotif hanya di Mobilmo