Lama Tak Terdengar, Mobil Pedesaan Kemenperin Ternyata Siap Diproduksi

03/09/2017 | Mobilmo.com

Mobil pedesaan yang dipelopori Kementerian Perindustrian (Kempenperin) dan Institut Otomotif Indonesia (IOI) kini terdengar lagi kabarnya. Sempat dipajang di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, 27 April hingga 7 Mei 2017, perkembangan mobil pedesaan itu nyaris hilang dari pemberitaan. Bahkan rencana perkenalan pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 yang berlangsung di BSD City Tangerang, 10 – 20 Agustus 2017 lalu batal dilaksanakan.

Yang tidak disangka banyak orang, Astra Otoparts justru lebih dulu mendisplay mobil pedesaan versinya dengan nama Wintor. Meski tidak seramai mobil penumpang dan mobil niaga, namun Wintor juga banyak mencuri perhatian pengunjung. Kini setelah beberapa bulan berlalu, Kementerian Perindustrian memberikan informasi perkembangan mobil pedesaan itu lagi. Jum'at (1/9/2017) Menperin Airlangga Hartarto menyatakan bahwa konsep produk dan proses pengembangan kendaraan telah resmi selesai. Langkah berikutnya tinggal proses produksi yang nanti akan diserahkan kepada perusahaan otomotif. “Tentu konsep kendaraan ini yang mobilitasnya bisa digunakan di seluruh daerah perdesaan. Bentuknya semi pikap, yang belakangnya bisa dipasang alat mesin pertanian dan perkebunan seperti untuk angkat kelapa sawit,” kata Menteri Airlangga.

Meski dianggap sudah final, mobil yang berfungsi sebagai alat angkut hasil perkebunan dan pertanian ini masih bersifat prototipe. Dibagi dalam dua tipe yaitu Generasi 2A dan Generasi 2B. Untuk purwarupa kendaraan dalam versi produksi nantinya diserahkan pada perusahaan atau pelaku industri yang tergerak untuk memproduksi. Yang jelas nantinya kendaraan tidak hanya mampu bergerak di jalan raya dan jalan-jalan desa, tapi juga gesit di perkebunan dan persawahan yang memiliki medan off-road menantang. Menteri Airlangga juga menjelaskan bahwa kedua tipe kendaraan pedesaan prototipe itu sudah melewati berbagai pengujian, seperti uji emisi di Balai Termodinamika Motor dan Prolusi (BT2MP-BPPT), Sertifikasi Kendaraan Bermotor, serta lolos Pengujian Laik Jalan di Kementerian Perhubungan. “Sedangkan, melalui Institut Otomotif Indonesia (IOI), prototipe ini akan lebih dikembangkan sehingga dapat diproduksi sesuai dengan kaidah-kaidah manufaktur,” ucap Airlangga. Ada kabar, beberapa produsen otomotif dalam negeri sudah tertarik ikut terjun dalam pengembangan mobil niaga multiguna ini ke depan seperti CV. Karya Hidup Sentosa Jogjakarta yang sukses mengembangkan dan memproduksi traktor Quick. Lalu PT Astra Otoparts, yang diajang

Komunikasi terus dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan produsen otomotif nasional khususnya produsen lokal dengan tujuan memperhitungkan peluang pasar yang dihadapi khususnya terkait kendaraan segmen ini dan menentukan standarisasi. “Kami juga menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di sektor komponen otomotif, untuk memacu tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Penerapan TKDN di mobil perdesaan akan dilakukan secara bertahap seperti pada pengembangan mobil LCGC atau LCEV,” sambung Airlangga. Menteri Airlangga berharap, dengan dilibatkannya Industri Kecil dan Menengah pemilihan teknologi yang diterapkan akan sangat sesuai dengan demografi dan kondisi alam Indonesia. Dan juga akan memudahkan dalam perawatan karena berbagai suku cadang yang cukup tersedia. Diklaim juga keberadaan mobil pedesaan ini bisa mendongkrak perekonomian warga, khususnya yang tinggal di pedesaan dan umumnya pada semua masyarakat yang berkepentingan langsung dengan keberadaan sektor pertanian dan perkebunan. “Makanya diperlukan kendaraan yang dapat membantu produktivitas dan memobilisasi hasil-hasil pertanian, sehingga mendorong peningkatan kegiatan perekonomian. Menggunakan mesin di bawah 1.000 cc, kendaraan ini akan dijual lebih murah dari LCGC, atau di bawah Rp100 juta,” tambah Menteri Perindustrian, Airlangga.